Menyukuri Apa yang Ada

Baru aja pulang dari berpetualang di Balikpapan City hari ini (Eh, apa? Berpetualang?? Haiyah, gayanya. Hehehe... ;p), dan ternyata aku baru mood nulis juga. ^_^

Oya, Dear.. Apa yang kira2 akan kamu fikirkan manakala kamu melihat seseorang yang, subhanallah, terlepas dari keterbatasan yang dimilikinya, ia masih semangat untuk hidup?

Ya, keterbatasan... Siang ini, dalam petualanganku aku melihat seorang pria yang mampu membuatku kagum. Usianya sekitar 30 - 40 tahun, mungkin. Nampak belakang, sekilas pria itu seperti biasa saja, layaknya seorang pria pada umumnya, ngga ada yang aneh, kecuali saat dia termanggut. Awalnya, aku fikir itu adalah anggukan tanda memahami sesuatu, oh ternyata tidak. Anggukan itu, terjadi secara berulang pada periode2 tertentu. Dan aku makin meyakininya saat seorang pembicara di forum, sempat seolah mengerenyitkan keningnya ketika ditengah2 penjelasannya, sang pria itu memanggut sekali lagi (kukatakan seolah, karena sepertinya pembicara forum berusaha menjaga sikap dan langsung memalingkan pandangan layaknya seorang pembicara forum yang pandangannya menerawang ke seluruh penjuru ruangan - red).

Sesaat aku teringat kejadian serupa yang pernah kulihat beberapa waktu yang lalu. Saat itu, aku sedang mengendarai sepeda motor, aga tergesa2 memang karena aku ingin segera sampai di kampus secepatnya, sampai aku melambatkan laju kendaraanku saat berpapasan dengan seorang pengendara motor yang lain. Sesaat, kulihat, orang tersebut biasa saja, sampai kulihat pengendara motor itu menggelengkan kepalanya ke kiri.

"Ah, mungkin dia lelah, sehingga harus melemaskan otot2 lehernya", gumamku saat itu.

Tapi ternyata dugaanku salah saat kuketahui dalam ritme tertentu ia menggeleng dengan cara yang sama. Ah, sempat aku memikirkannya, apa yang menyebabkan beberapa orang bisa bersikap seperti itu, hingga aku sampai pada kesimpulan, mungkin itu disebabkan oleh suatu penyakit, stroke, mungkin? Entahlah.

Kembali ke pria yang kutemui dalam petualanganku hari ini. Okelah, jika ia memiliki keterbatasan yang menyebabkannya akan melakukan gerakan mengangguk dalam waktu2 tertentu. Tapi bukan itu yang sesungguhnya ingin kutulis di sini, melainkan ingin kuucapkan kekagumanku atas tekad dan usaha yang dimikinya. Di tengah keterbatasan yang dimiliki, ia masih mau berusaha untuk belajar. Sesuatu yang mungkin akan sulit dilakukan oleh orang yang tidak memiliki semangat yang kuat.

Semangat... ya, semangat yang dimilikinya. Hmm.. Dear, baru saja, saat aku mulai menulis posting ini, aku kembali teringat dengan seseorang yang memiliki keterbatasan yang telah dimiliki dari lahir, seingatku, berupa keterbatasan tidak dapat melihat. Terenyuh? Ya, aku terenyuh saat itu, karena tidak semua orang ditakdirkan Allah untuk memiliki kesempurnaan fungsi panca indera. Dan, lagi2 aku dibuat terkagum dengan caranya menghadapi rintangan kehidupan. Subhanallah, tekadnya makin membuatku kagum, saat ia berkata,

"Duh, ngga apa-apa lah saya lahir udah buta, yang penting saya masih bisa baca Al-Qur'an. Saya mau jadi ustadz kalau sudah besar nanti..", ujarnya.

Lihat....

Itu.. Itu dia yang berbicara! Seseorang yang secara lahiriah memiliki keterbatasan, namun secara batin, ia sungguh memiliki keluasan dan kekuatan yang belum tentu dimiliki semua orang. Ah, Malu..! Saat aku bandingkan diriku dan mereka. Betapa kini kurasakan aku ini ngga ada apa2nya dibandingkan mereka. Mereka, yang dengan segala keterbatasannya justru bisa menyejajarkan diri dengan aku yang diberikan nikmat lebih, sementara aku??

Dear.. sampai di sini, semuanya kurasa jelas, ternyata mereka lah yang lebih hebat. Mereka, yang mampu membuatku terkagum di tengah-tengah keterbatasannya.

Tuhan, maafkan hamba-Mu ini yang sering lalai dari menyukuri nikmat yang Engkau berikan, yang sering berkeluh-kesah, yang sering mendongakkan kepala, selalu meminta lebih, lebih, lebih... Semoga Engkau mau mengampuni hamba.

Karena Allah Sayang...

Harta, Tahta, dan Wanita... Ya, untuk ketiga hal tersebut manusia akan cenderung selalu ingin mendapatkan yang terbanyak, yang tertinggi, dan yang terbaik. Atas ketiga hal tersebut pula manusia akan cenderung sulit menerima kenyataan bahwa akan ada suatu saat Allah SWT akan menguji keimanan manusia melalui ketiganya.

Hari ini kusadari bahwa dalam meraih ketiganya, ada tahapan-tahapan mutlak yang memang harus dijalani manusia, dan ada tahap akhir yang hanya Allah SWT lah yang berhak menentukan. Begitu kerasnya tantangan dan rintangan yang dihadapi manusia dalam usahanya meraih harta, tahta, dan wanita kadang menyebabkan terkikisnya rasa ikhlas atas setiap yang telah digariskan Allah SWT atas ketiganya.

Manusia harus berusaha, tapi sadarilah, Allah SWT yang Maha Menentukan dan Maha Memiliki. Beratnya beban yang harus ditanggung dalam berusaha dan berjuang mendapatkan yang terbaik bisa jadi merupakan sunatullah, karena di dunia, manusia harus berusaha untuk yang terbaik. Besarnya pengorbanan yang harus ditanggung adalah keniscayaan untuk setiap cita-cita. Jika pada akhirnya, setelah semua usaha dan pengorbanan yang dilakukan tidak sesuai dengan yang diharapkan, maka sadarilah bahwa saat itu adalah saat Allah SWT menunjukkan kekuasaan-Nya, dan saat Allah SWT menunjukkan cinta-Nya kepada orang2 yang telah berusaha dan berkorban dengan sekuat tenaga dan sepenuh hati.

Bisa jadi apa yang menurut kita baik, belum tentu yang terbaik menurut Allah SWT. Begitu cintanya Allah SWT kepada mereka yang telah berusaha dan berjuang dengan sepenuh hati hingga Allah SWT seperti tidak rela jika mereka mendapat kesulitan di kemudian hari karena pilihannya, hingga Allah SWT memberikan yang lain, yang terbaik dari Allah SWT.

Aku mungkin belum termasuk dalam bagian orang2 yang pandai meraih cinta Allah. Tapi jika hari ini, aku telah berusaha dan berjuang sekuat tenaga untuk mendapatkan apa yang sudah kuniatkan dan kucita-citakan, dan ternyata hasilnya tidak sesuai dengan ekspektasiku, maka aku harus bersyukur. Aku harus bersyukur karena dari kejadian itulah aku bisa mengetahui bahwa Allah SWT, Tuhan yang Maha Penyayang dan Maha Mengetahui, ternyata melihat aku, ternyata menilai semua usaha dan pengorbananku, dan ternyata Allah SWT tidak rela jika aku mendapat kesulitan di kemudian hari karena pilihanku sendiri, karena Allah SWT sayang aku. Aamin, terima kasih ya Allah, terima kasih.

Copyright © 2008 - Goresan Waktu - is proudly powered by Blogger
Blogger Template